Kamis, 29 Mei 2008

Tugas menganalisis Novel

Judul Novel : ATHEIS
Pengarang : Achdiat K. Mihardja (6 Maret 1911)
Penerbit : Balai Pustaka
Tahun : 1949; Cetakan X, 1989

SINOPSIS :

Hasan yang dilahirkan di desa Panyeredan, dibesarkan dan dididik dalam suasana keagamaan islam ortodoks. Ayah dan ibunya adalah penganut aliran tarekat. Sebagai teman bermain Hasan, orang tuanya memungut anak yatim, Fatimah. Pendidikan akhlak yang sejak kecil diberikan orang tuanya, disertai pula dengan cerita-cerita surga dan neraka, tentu saja sangat melekat dibenak Hasan. Keadaan itu terus berlangsung sampai Hasan pindah ke Bandung untuk meneruskan sekolahnya di Mulo.
Selepas Mulo, Hasan bekerja di jawatan Iar Kotapraja, Bandung. Sementara itu Hasan sendiri sudah menjadi murid tarekat yang dianut ayahnya. Sesungguhnya keterlibatan Hasan dengan aliran tarekat itu, lebih disebabkan oleh keinginannya untuk melupakan Rukmini, gadis lulusan SKP yang menjadi buah hati Hasan tetapi kemudian dikawini saudagar dari Jakarta. Pada saat demikian, tanpa diduga datang Rusli, temannya waktu kecil, ke tempat Hasan bekerja. Perjumpaan yang tak diduga itu, amat istimewa buat Hasan, seperti 'duplikat" Rukmini.
Sejak itu, kehidupan Hasan yang semula memandang dunia ini dengan kacamata "hitam-putih" atau "neraka-surga", mulai tergetar oleh tatakrama yang diperlihatkan Rusli dan Kartini. Dalam pandangan Hasan, Rusli yang kafir terlalu bebas. Demikian juga Kartini, janda muda bekas istri seorang rentenir tuaketurunan Arab, terlalu modern. Oleh karenanya Hasan bertekad untuk menyadarkan kedua orang itu.
Tekad Hasan porak-poranda. Menghadapi Rusli yang tahu banyak tentang materialismedialektika dan selalu bertumpu pada pemikiran rasional, Hasan tak mampu berbuat banyak. bahkan akhirnya, Rusli yang memberi khotbah kepadanya. Kalau saja tidak ada Kartini yang selalu mengganggu pikirannya, tentulah hasan akan menjauhi Rusli. Keakraban Hasan dengan Rusli dan Kartini, secara perlahan namun tetap, makin menggoyahkan sendi-sendi keimanan yang pernah dipegangnya dengan kuat. Kemudian datang pula Anwar yang anarkis, Hasan akhirnya benar-benar melepaskan keimanan. Tidak hanya sampai disitu, akibat hubungan dengan Anwar pula hasan menentang ayahnya. Penentangan Hasan itu dipertegas lagi oleh keputusan Hasan untuk mengawini Kartini. Maka, lengkaplah jarak yang ditempuh Hasan;berpisah dari akar tradisi dan putus hubungan dengan ayahnya."...tekadku sekarang menuju kesuatu tujuan yang pasti, yaitu kawin selekas mungkin dengan Kartini"(hal 175).
Kebahagiaan hidup rumah tangga Hasan dengan Kartini tidak berlangsung lama. Anwar yang anarkis individualistis, menumbuhkan percik-percik bara dihati hasan. Dalam benak Hasan, Anwarlah penyebab putusnya hubungan dengan sang ayah. Anwar pula yang acap kali menggelitik kecemburuannya. Bersama dengan itu, perasaan berdosa Hasan terhadap ayahnya, bagaimanapun tidak dapat lepas sama sekali. Lebih dari itu, kenangan masa kecil terutama dongeng tentang siksa neraka semakin menghantui dirinya. Sampai pada puncaknya, hasan dan Kartini mengambil langkah dramatis: cerai! maka, berakhirlah kehidupan rumah tangga Hasan dan kartini.
Saat ia menderita tekanan bathin yang hebat, ayahnya meninggal. Hal yang memberatkan Hasan sebenarnya bukan semata-mata soal kematian, melainkan kenyataan bahwa permintaan maafnya ditolak ayahnya, justru menjelang orang tua itu menghembuskan nafas terakhir. Sementara perasaan Hasan hanyut dalam kegalauan selama itu pula ia berusaha mencari kebenaran yang nyata mengenai keimanannya. Teori yang pernah dikemukakan Rusli dan Anwar dirasakannya semakin menyesatkan, terlebih lagi pandangan Anwar. Maka Hasan tidak dapat berbuat lain selain balas dendam kepada Anwar, biangkeladinya. Akhirnya Hasan tanpa menghiraukan keadaan sekelilingnya, mencari Anwar. Pada saat yang bersamaan, sirene tanda bahaya udara meraung-raung memecahkan kegelapan malam. Namun Hasan tak peduli. Ia terus melangkah; dan langkah itu berhenti ketika Hasan merasakan sebuah peluru menembus dadanya. Badan yang lemah itu berguling-guling sebentar di atas aspal, bermandi darah. Kemudian dengan bibir bergegas kata"allahu akbar", tak bergerak lagi...(hal 248).


KUTIPAN NOVEL:
Hasan yang semula memandang dunia ini dengan kacamata "hitam-putih" atau "neraka-surga",mulai tergetar oleh tatakrama yang diperlihatkan Rusli dan Kartini.(hal 150)
"...tekadku sekarang menuju kesuatu tujuan yang pasti, yaitu kawin selekas mungkin dengan Kartini"(hal 175).
Kebahagiaan hidup rumah tangga Hasan dengan Kartini tidak berlangsung lama.(hal 181) Sampai pada puncaknya, hasan dan Kartini mengambil langkah dramatis: cerai! maka, berakhirlah kehidupan rumah tangga Hasan dan kartini.(183)
Sementara perasaan Hasan hanyut dalam kegalauan selama itu pula ia berusaha mencari kebenaran yang nyata mengenai keimanannya. Teori yang pernah dikemukakan Rusli dan Anwar dirasakannya semakin menyesatkan, terlebih lagi pandangan Anwar.(187)
Pada saat yang bersamaan, sirene tanda bahaya udara meraung-raung memecahkan kegelapan malam. Namun Hasan tak peduli. Ia terus melangkah; dan langkah itu berhenti ketika Hasan merasakan sebuah peluru menembus dadanya. Badan yang lemah itu berguling-guling sebentar di atas aspal, bermandi darah. Kemudian dengan bibir bergegas kata"allahu akbar", tak bergerak lagi...(hal 248).


UNSUR INSTRINSIK :
A. Tema : Kepercayaan (agama)
B. Tokoh :
1. Hasan : penuh keragu-raguan, setengah-setengah dalam meyakini sesuatu, ikut-ikutan, dan sering tak yakin pada pendiriannya.
2. Ayah dan ibu Hasan : penyayang, penganut aliran tarekat, islam ortodoks.
3. Fatimah : menghormati orang tua angkatnya(ayah dan ibunya Hasan)
4. Rusli : orang kafir yang terlalu bebas, materialisme dialektika, gaya pemikiran rasional.
5. Kartini : perempuan dengan gaya hidup modern.
6. Anwar : anarkis individualistis.
C. Latar : di daerah Pasundan-Bandung.
D. Alur : Alur maju, karena pengarang menceritakan tokohnya, terutama tokoh utamanya yaitu Hasan diceritakan semenjak kecil sampai ia meninggal.
E. Amanat : keimanan atau ketauhidan harus tetap tertanam dalam diri kita, jangan pernah tergoyahkan walaupun sampai maut menjemput oleh siapapun dan apapun.

Kamis, 22 Mei 2008

Menentukan Tingkat Keterbacaan Wacana Melalui Grafik Fry

Wacana :
Monumen Baru, dari Tanah dan Air Seluruh Indonesia
Indonesia akan memiliki satu lagi monumen. Monumen yang rencananya akan diresmikan tepat pada peringatan Hari Pemuda, 28 Oktober 2008 ini dibuat dalam rangka memperingati seratus tahun(seabad) kebangkitan nasional sekaligus 80 tahun sumpah pemuda. Monumen ini dibangun menggunakan perunggu yang bisa tahan 100 tahun. Tak ayal pembangunan monumen ini, menghabiskan dana minimal Rp 2 miliar. "Kalau ditambah dengan tanah, air dan bahan-bahannya mungkin sekitar 4 miliar. Oleh karena itu, saya mempunyai ide, bagaimana kalau air dan tanahnya diambil dari seluruh daerah di Indonesia, "ujar Menteri Negara Pemuda dan Olah Raga Adhyaksa Dault ketika temu wartawan di kantornya, Minggu(18/5). Proses pembangunan monumen ini diawali dengan peluncuran maket

Nama : Tia Trisnayanti
Judul : Monumen Baru, dari Tanah dan Air Seluruh Indonesia
Jumlah kalimat : 6,8
Jumlah suku kata : 263
Hasil kali jumlah suku kata dengan 0,6 : 263*0,6=157,8
Grafik fry umur : 9 tahun
Grafik fry kelas : kelas 4
Sumber wacana : http://www.kompas.com/index.php/read/xml/2008/05/18/19472693/monumen.baru.dari.tanah.dan.air.seluruh.indonesia

Rabu, 05 Maret 2008

Tanggapan pembelajaran pola spiral

At February 27, 2008 10:09 PM, tia said…
Nama : Tia Trisnayanti
NIM : 0701561
Kelas : Bahasa Indonesia
Suatu model pembelajaran kalimat bahasa adalah dengan menggunakan pola spiral yang berupa, (1)penguasaan kalimat aktif-pasif, (2)penguasaan kalimat berdasarkan kategori predikat, (3)penguasaan pola kalimat, (4)kalimat majemuk.
(1) Kalimat aktif-pasif.
Dalam pembahasan kalimat aktif-pasif akan berkaitan dengan verba dan verba transitif. Dengan pola ini akan memberi pengetahuan siswa tentang perbedaan kalimat aktif dan pasif. Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya melakukan pekerjaan. Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan. Selain itu dapat meningkatkan ketelitian siswa untuk menggunakan tanda "titik" pada setiap akhir kalimat.
(2) Kalimat berdasarkan kategori predikat.
Dengan pengajaran pola ini, sangat membantu siswa untuk membedakan kategori predikat verba, nomina, ajektiva, numeralia, dan frase preposisional. Dengan demikian dapat membantu siswa untuk membuat kalimat sesuai kategori predikatnya.
(3) Pola kalimat.
Dengan pengajaran pola kalimat, dapat membantu siswa untuk membedakan berdasarkan ciri-ciri antara subjek, predikat, pelengkap, dan keterangan. Dengan demikian, penguasaan tata bahasa meningkat. Selain itu siswa dapat membuat kalimat yang beragam dengan benar.
(4) kalimat majemuk.
Dengan pembelajaran kalimat majemuk, siswa akan lebih mudah dijembatani dengan pengajaran konjungsi. dalam hal ini melatih siswa untuk mengembangkan pola kalimatnya sehingga bisa meningkatkan kreatifitas siswa untuk membuat paragraf.Wassalam.....(http://blogtia.blogspot.com)